Kamis, 29 Januari 2009

Budaya 1



TARIAN CACI; TARIAN HEROIK DAN MENEGANGKAN KHAS BUDAYA MANGGARAI
Rofinus Jas, SVD
Tarian caci termasuk tarian yang sangat digemari oleh para wisatawan asing yang berkunjung ke Manggarai, sehingga tarian tersebut sudah terkenal di beberapa Manca-negara. Tarian caci adalah tarian khas budaya Manggarai. Tarian caci termasuk satu-satunya tarian yang sangat heroik dan menegangkan dalam tradisi Manggarai. Dikatakan heroik karena tarian tradisional tersebut hampir selalu merupakan pertarungan berdarah. Biasanya, pertarungan caci dilakukan antar kampung, desa atau kecamatan. Bagi orang Manggarai, pementasan tarian caci merupakan pesta besar dimana desa penyelenggara memotong kerbau beberapa ekor, babi, anjing dan ayam untuk makanan para peserta atau siapa pun yang menyaksikan caci secara gratis.
Tari Caci atau tarian perang ini sampai sekarang masih dipertahankan oleh para kaum muda Manggarai (sebuah kabupaten di bagian barat Pulau Flores, NTT terebut). Sebab berbagai macam adat ritual dalam budaya Manggarai, selalu dirayakan dengan pertunjukkan dengan tarian caci. Ritual-ritual yang ada dalam budaya Manggarai diantaranya, “Ritual Penti” (upacara syukuran setelah panen). Ritual “Barok Lodok” (upacara ini dilakukan di Lingko, tanah yang telah dibagikan kepada masyarakat setempat sebagai hak ulayat). Biasanya dalam upacara Barok Lodok ini dipersembahkan seekor ayam putih dan seekor babi untuk para leluhur nenek moyang atau roh yang dipercayai oleh masyarakat Manggarai sebagai sebagai dewa yang menunggu kebun atau lingko. Ritual “Barong wae” (dilaksanakan di dekat sumber mata air yang dipercayai masyarakat setempat sebagai dewa kesuburan yang mengair persawahan pertanian dan supaya air tersebut mengalir terus tiada hentingnya), serta terakhir adalah Ritual “tarian caci” (tarian perang).

Arti dan Makna Tarian Caci
Secara etimologis tarian “caci” berasal dari dua kata yaitu "ca" yang berarti satu dan "ci" artinya uji. Caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah. Maka dalam kamus sastra arti caci adalah tarian ketangkasan. Caci merupakan pertarungan antara dua laki-laki, satu lawan satu, secara bergantian, sehingga tarian caci selalu dibawakan dua penari. Dalam caci ada pihak yang memukul (paki) lawannya hanya satu kali pukulan dengan menggunakan larik (pecut) atau tali yang terbuat dari kulit kerbau yang sudah dikeringkan. Lawan yang dipukulnya diharapkan menangkis (ta'ang) dengan menggunakan nggiling atau “perisai” terbuat dari kulit kerbau dan agang atau busur yang terbuat dari bambu atau rotan. Memukul dilakukan secara bergantian. Bagian badan yang boleh dipukuli meliputi bagian pusar ke atas hingga wajah. Maka seorang penari caci dinyatakan kalah bila pukulan larik mengenai bagian wajah hingga luka/ berdarah. Itu dinamakan beke atau aib, sehingga si penari harus berhenti bertarung dan seterusnya boleh diganti oleh temannya yang lain.

Jadi tarian caci dalam konteks ini mengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Namun dalam tarian caci, keperkasaan tidak harus dilakukan lewat kekerasan, misalnya pukulan keras terhadap lawan sampai luka. Tetapi keperkasaan itu juga bisa dilakukan dengan cara kelembutan yang ditunjukkan dalam gerakan-gerakan tarian dan lagu-lagu yang bernuansa seni. Tarian caci diiringi bunyi gendang dan gong serta nyanyian para pendukungnya. Inilah aspek integral dalam pemaknaan orang Manggarai tentang keperkasaan. Dalam konteks ini, show of force atau kekerasan bukanlah aspek terpenting dalam caci. Yang ingin ditampilkan dalam tarian caci adalah seni bertanding secara sehat dan sportif. Sportifitas yang tinggi antara lain ditunjukkan lewat pengendalian diri dan rela berkorban. Semuanya dihayati dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan.

Nilai Keutamaan Dalam Tarian Caci
Dalam tarian Caci yang diutamakan adalah jiwa yang jujur. yang mau mengakui kelebihan lawan dan mengakui kekurangan diri. Dengan tarian caci diharapkan kaum laki-laki tidak takut dalam menghadapi tantangan dan memiliki jiwa yang berani untuk berkorban. Namun sebelum upacara tarian caci dilaksakan biasanya upacara ini dimulai dengan tudak didepan tugu kampung atau “compang” dengan maksud untuk menghargai arwah nenek moyang yang telah lebih dahulu meninggalkan masyarakat setempat. Setelah upacara tudak dilanjutkan dengan pukulan sapaan atau “paki reis”, oleh ketua adat kepada salah seorang tamu yang diundang yang nantinya sebagai lawan dalam pertandingan caci. Pukulan sapaan atau paki reis tidak boleh terlalu keras.
Nilai keutamaan lain dalam tarian caci adalah simbol pertobatan manusia dalam hidup. Maka dalam pertandingan caci para penari caci tidak boleh emosi, memiliki jiwa yang ramah dan pintar menyanyi, pintar menari untuk menarik hati para penonton. Namun karena tarian caci identik dengan tarian untuk laki-laki, maka perempuan dalam tarian caci diberi tugas pemain musik, tarian sae, main gendang dengan pola musik ndundundake sehingga menambah keramaian dalam pertunjukkan tarian caci.

Penulis
Rofinus Jas, SVD
Rohaniwan, pemerhati Budaya Indonesia Timur, Redaktur dan Penulis Beberapa Majalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar