Kamis, 29 Januari 2009
politik 3
KASIH SAYANG DALAM KELUARGA ADALAH SEBUAH PANGGILAN ALLAH
Oleh Rofinus Jas, SVD
Kasih sayang dalam keluarga merupakan dambaan setiap anggota keluarga. Setiap keluarga pasti membutuhkan perhatian dan kasih sayang, entah suami terhadap isteri, isteri terhadap suami, orangtua terhadap anak-anak, dan anak-anak terhadap orangtua. Kasih sayang bukan sebuah ungkapan untuk “memanjakan” isteri oleh suami atau “memanjakan” anak-anak oleh orangtua. Namun harus disadari, bahwa kasih sayang adalah sebuah ungkapan untuk menghadirkan kerajaan Allah di tengah keluarga. Menghadirkan kerajaan Allah dalam keluarga berarti menghadirkan kasih sayang secara konkret orangtua terhadap anak-anak dan anak-anak terhadap orangtua lewat keteladanan hidup yang baik dan benar. Maka, kasih sayang dapat diartikan sebagai sebuah ungkapan cinta konkret keluarga kristiani sejati yang dikehendaki Allah.
Kasih Sayang: Sebuah Panggilan Allah
Kasih sayang adalah sebuah panggilan Allah. Mengapa? Karena Suami-isteri adalah sepasang pria dan wanita yang telah dipersatukan oleh Allah, sehingga mereka “tidak lagi dua melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. (Mat 19: 6). Suami-isteri dipanggil untuk membangun “persekutuan mesra kehidupan dan cinta kasih”, dalam keluarga. Keluarga mengemban misi untuk mengungkapkan kasih sayang yang mesra suami terhadap isteri, isteri terhadap suami, orangtua terhadap anak-anak, dan anak-anak terhadap orangtua. Kasih sayang dalam keluarga menunjukkan gambaran pancaran cinta dan kasih sayang Allah terhadap umat manusia. Allah telah menghendaki agar kehidupan suami istri mencerminkan dan mewartakan cinta kasih Allah sendiri.
Mengenai cinta dan kasih sayang sakramental ini, Rasul Paulus membuat suatu paralel yang indah dengan mengatakan, “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat... Demikian juga suami harus mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri” (bdk. Ef 5:25,28). Bertolak dari pemahaman ini, maka kasih dalam keluarga adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawarkan dalam keluarga. Kasih sayang adalah sebuah panggilan Allah yang wajib dterapkan dalam keluarga. (bdk. Amanat Apostolik Paus Yohanes Paulus II dalam “Familiaris Consortio”, 22 November 1981).
Kasih Sayang Sebagai Ungkapan untuk Saling Mengasihi Dalam Keluarga
Paus Yohanes Paulus II juga mengingatkan kepada para pasutri untuk setia pada janji perkawinan yang telah mereka ucapkan:“Persekutuan pertama ialah yang terbentuk dan berkembang antara suami isteri: berdasarkan perjanjian kasih perkawinannya suami istri ‘bukanlah dua, melainkan satu daging’ . Mereka dipanggil untuk tetap tumbuh dalam persekutuan mereka melalui kesetiaan dari hari ke hari terhadap janji pernikahan mereka untuk saling menyerahkan diri seutuhnya” (FC art.19). St. Paulus kemudian menasehati kepada pasutri dengan mengatakan bahwa, “Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi diri sendiri. Sebab orang tidak pernah membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya sama seperti Kristus merawat jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging. (Ef 5:28-31).
Wujud Konkret Kasih Sayang Orangtua Terhadap Anak-anak
Anak-anak adalah titipan Allah dalam keluarga. Jika anak-anak adalah titipan Allah, maka orangtua memiliki panggilan untuk mengasihi, mendidik, dan memberikan kasih sayang secara total terhadap anak-anak. Keluarga harus menjadi oase bagi anak-anak, sehingga kelak di kemudian hari, mereka dapat mengasihi Allah dan sesamanya. Oleh karena itu, orangtua adalah mitra kerja Allah dalam karya penciptaan manusia baru. Karena itu orangtua harus menjadi pembina utama dan pertama yang tak tergantikan, melalui kesaksian dan keteladanan hidup kristiani sejati yang diwujudkan dengan pemberian kasih sayang yang tulus, adil dan arif bijaksana (bdk.LG 11; GE 3; FC 50).
Bila anak menemukan hangatnya kasih sayang dalam keluarga, maka mereka merasakan secara konkret sifat kebapaan Allah yang penuh kasih sayang. Suasana keluarga yang penuh kasih sayang tentu sangat mempengaruhi perkembangan pribadi dan iman anak. Mengingat suasana kasih sayang sangat mempengaruhi perkembangan iman anak, maka suasana kasih sayang harus diupayakan sedemikan rupa sehingga anak-anak merasa surga tinggal di rumah. Suasana kasih sayang tentu dapat diusaha dan diciptakan oleh orangtua, antara lain dengan: sikap dan perilaku keteladanan orangtua. Anak-anak pasti membutuhkan keteladanan orangtua untuk membantu membentuk karakter moral mereka. Orangtua harus memiliki kecakapan membangun keluarga yang penuh kasih sayang dan keakraban; acara dan irama hidup yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan semua anggota keluarga. Orangtua harus memiliki kepandaian meciptakan selingan yang menyegarkan; ruang-ruang rumah dan kebun yang ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana yang manusiawi dan kristiani; dan tersedianya fasilitas yang memadai, terutama bagi anak-anak.
Kekuatan dalam mendidik anak-anak tidak terletak pada perkataan atau pengajaran tetapi terletak pada sikap keteladanan orangtua. Keluarga dipanggil dan diutus menjadi tempat pendidikan yang utama dan pertama. Di sanalah anak-anak mulai dididik dalam segala hal yang baik. Kebiasaan berdoa dan membaca kitab suci secara bersama-sama dalam keluarga sangat membantu perkembangan iman anak. Setiap keluarga katolik dipanggil dan diutus menjadi tempat pembenihan panggilan. Keluarga menjadi tempat bertumbuh iman anak-anak sehingga mereka mampu menyadari panggilan Tuhan atas dirinya. Orangtua tidak hanya memberikan kasih sayang dengan memenuhi semua kebutuhan jasmani anak-anak semata, tetapi kebutuhan rohani juga. Maka dalam dokumen “Catechesi Tradendae“ ditegaskan bahwa “sejak usia dini para anggota keluarga perlu saling membantu agar bertumbuh dalam iman. Kebiasaan berdoa dan membaca firman Allah bersama menjadi salah satu upaya menjadikan keluarga sebagai tempat bertumbuhnya iman, ….”(art. 68).
Kesimpulan
Kasih sayang dalam keluarga adalah dambaan setiap orang kristiani dewasa ini. Anak-anak pasti sangat mengharapkan orangtua yang sangat menyanyangi mereka, mencintai dan menyukai mereka; orang tua yang mau mendengar, mempercayai, memahami serta menerima segala kekurangan mereka. Oleh karena itu, keluarga adalah Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica), tempat penyemaian dan pengembangan iman anak untuk menjadi manusia seutuhnya. Karena itu, orangtua dipanggil untuk membimbing anak mereka ke arah iman dewasa, sebab pembina iman anak yang utama dan pertama adalah orangtua. Maka dalam pelaksanaannya, orangtua diharapkan dapat bekerja-sama secara sinergis dan seimbang dengan para pembina iman anak di sekolah, di paroki dan di masyarakat. Orangtua dalam pembinaan iman anak, harus memperhatikan martabat dan hak-hak anak-anak secara sungguh-sungguh.
Rofinus Jas, SVD
Seminari Tinggi SVD “Surya Wacana” Malang
JL. Terusan Rajabasa 6 Malang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar