SEMINAR NASIONAL
“SANTO PAULUS: FIGUR, KARYA DAN RELEVASINYA BAGI GEREJA INDONESIA”
Rofinus Jas
Tanggal 25-26 Oktober 2008, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Widya Sasana” Malang, mengadakan “Seminar Nasional” dengan mengusungkan tema: “Santo Paulus: Figur, Karya dan Relenvansinya Bagi Gereja Indonesia”. Hadir sebagai pembicara adalah, Dosen Kitab Suci Perjanjian Baru di STFT “Widya Sasana” Malang, Rm. Prof. Dr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm, Dosen Kitab Suci Perjanjian Lama, di STFT “Widya Sasana” Malang, Rm. Prof. Dr. B.A. Pareira, O.Carm, Katekis Keuskupan Surabaya, Pak Daniel Prawoto, Ketua STFT “Widya Sasana” dan dosen Metafisika, Filsafat Etika dan Politik di STFT “Widya Sasana” Malang, Dr. F.X. Armada Riyanto, CM, dan ditutupi dengan diskusi, rangkuman serta solusi tindakan pastoral untuk konteks Indonesia dewasa ini oleh Rm. Dr. Robertus Wijanarko, CM, Ph.D sebagai
dosen Filsafat Modern, Filsafat Barat Kontemporer dan Poskolonialisme di STFT “Widya Sasana” Malang.
Acara ini dibuka dengan ibadat sore bersama pada Pkl 16.30 dan dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia seminar, Rm. Rafael, CM serta Seminar Nasional ini dibuka oleh Ketua STFT Dr. F.X. Armada Riyanto, CM di Aula STFT “Widya Sasana” Malang tanggal 25 Oktober 2008.
Mendalami tema Santo Paulus: Figur, Karya dan Relenvansinya Bagi Gereja Indonesia” tidak terlepas dari konteks keperihatinan pembinaan iman umat dewasa ini. Oleh karena itu, Pak Daniel Prawoto sebagai pembicara pertama mencoba menggali beberapa persoalan keperihatinan pembinaan iman umat dewasa ini. Ia mengatakan bahwa ada aneka sinyalemen bahwa katekese pengetahuan agama di tingkat paroki, lingkungan, keluarga saat ini sangat kurang. Apalagi kebijakan-kebijakan paroki saat ini, kerapkali lebih mementingkan kegiatan liturgi dari pada katekese pengetahuan agama terhadap umat. Akibatnya, pengetahuan dasar tentang iman umat Katolik dewasa ini sangat lemah. Contohnya ia mengatakan bahwa banyak umat ketika ditanya apa bedanya Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru? Jawabannya adalah Perjanjian Baru adalah edisi terbaru dari Perjanjian Lama. Ketika ditanya mengapa anggur dicampur dengan air oleh imam waktu misa? Jawabannya adalah supaya imam jangan mabuk. Ketika ditanya mengapa pada hari biasa imam memakai kasula berwarna hijau? Jawabannya adalah karena yang berwarna merah dicuci. Inilah contoh konkret betapa lemahnya pengetahuan agama umat Katolik dewasa ini. Hal ini dapat dibuktikan bahwa umat lebih tertarik hidup devosional, doa, perayaan ekaristi, ziarah, novena, ujud-ujud keluarga dan lain-lain dari padi mengikuti katekese pengetahuan agama. Oleh karena itu, Pak Daniel Prawoto mengatakan perlu ada pembaruan katekese baik tingkat paroki, keluarga, sekolah serta perlunya penambahan jumlah katekis setiap paroki.
Setelah menggali realitas keperihatinan cara pembinaan iman umat dewasa ini. Maka bagian kedua para perserta seminar diajak mengenal model pewartaan St. Paulus oleh Rm. Pidyarto O.Carm, dengan mengusungkan tema “Figur dan Karya Paulus: Sebuah panorama umum”. Ia menegaskan bahwa ada beberapa strategi pewartaan St. Paulus. Pertama, kota-kota besar adalah sasaran utama misi Paulus dalam pewartaannya, misalnya; Damsyik, Yerusalem, Antiokhia di Siria, Korintus, Atena, Roma, meskipun juga ada kota-kota kecil misalnya Listra dan Derbe. Mengapa? sebab kota besar mudah dijangkau, banyak penduduknya dan banyak sinagoga Yahudi. Kedua, Paulus setelah membentuk jemaat di suatu tempat, ia biasanya menggunakan rumah-rumah keluarga sebagai tempat pewartaannya (Bdk.Kis 17:5, Rm. 16:23). Ketiga, ia rajin mengunjungi umatnya dalam yang waktu lama, memilih orang setempat untuk memelihara jemaatnya (Kis 14:23), ia peka terhadap masalah umat (Kis14:22; 15:4) dan model pastoral yang paling disukai Paulus adalah kontak pribadi secara langsung dengan umatnya. Jika ia tidak datang mengunjungi umatnya; ia menulis surat.
Oleh karena itu, menurut Rm. Pidyarto, O.Carm, mengharapkan agar para gembala umat dewasa ini jangan lupa mengunjungi umat. Sebab hal ini sudah dicontohkan Paulus sejak dahulu kala. Karena itu pantas kita mengatakan St. Paulus adalah figur teladan pewarta Sabda Allah yang sejati bagi kita saat ini. Mengapa? Karena Paulus adalah tokoh yang paling penting setelah Yesus Kristus. Dia amat berjasa dalam menyebarkan agama Kristen. Tepatlah kalau ia dijuluki “Rasul agung bangsa-bangsa (bukan Yahudi)”. Ia sangat berjasa merumuskan kebenaran-kebenaran iman Kristen. Untuk merumuskan iman Kristen yang benar, ia memakai banyak istilah Perjanjian Lama, tradisi Yudaisme maupun filsafat Yunani. Tulisan-tulisan hampir sepertiga dari Perjanjian Baru. Maka ia disebut teolog besar yang membentuk iman agama kristen yang benar.
Hal ini ditegaskan kembali oleh pembicara ketiga, Rm. Prof. Dr. Pareira, O.Carm, Ia menegaskan bahwa Paulus adalah seorang misionaris sejati. Ia mengembara, mengeliling mewartakan Kristus. Paulus seorang pemimpin rohani, karena dia memikirkan hal-hal yang Roh dan mau membentuk jemaat yang hidup dari Roh. Seluruh pikiran dan hidupnya digenggam oleh Kristus. Sebagai pemimpin rohani Paulus adalah pertama-tama pendidik dan guru yang baik melalui pewartaanya maupun melalui kesaksian hidupnya. Dalam mewartaan Kristus, ia bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, para gembala umat yang diharapkan menurut Rm. Pareira, O.Carm dewasa ini adalah jadilah pemimpin rohani. Pemimpin yang mengandalkan seluruh hidupnya dari Tuhan bukan kekuatan sendiri.
Kemudian Rm. Dr. F.X. Armada, CM melanjutkan mengenai, bagaimana kecakapan Paulus berkotbah di tengah para filosof di Areopagus, sebuah forum sidang elit dalam dunia filsafat Yunani (Atena). Dalam kotbah di Atena, Paulus memiliki keahlian yang luar biasa bagaimana ia harus menjelaskan iman Kristiani dihadapan para filosof yang nota bene sama sekali tidak mengenal Kristus. Paulus dengan kecakapanya, ia mengenal konteks. Ia mengatakan:..Aku lihat bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa…Aku menjumpai sebuah mezbah di tengah kota dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal”(Kis 17:23). Paulus dalam pewartaanya sangat kontekstual. Ia mengenal baik kebudayaan setempat. Namun sayangnya, ketika Paulus menjelaskan Allah yang tidak dikenal oleh orang Yunani dengan menyebutkan Allah yang tanpa nama itu adalah Kristus, yang inkarnatoris, menderita, wafat dan kebangkitan dari antara orang mati. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu(Kis 17:23). Dan sampai pada point puncak kuliahnya tentang kebangkitan orang mati, Paulus mendapat tantangan hebat. Para filosof Atena itu mengejeknya dan mengatakan “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu. Lalu Paulus pergi meninggalkan mereka (Kis 17:32-33).
Meskipun pewartaan Paulus di hadapan para filosof Atena di atas kurang memuaskan hasilnya, namun cukup berhasil karena dapat menobatkan Dionesius dan temannya. Tetapi yang lebih penting adalah soal kecakapan Paulus mengenal konteks pewartaannya. Ia tahu baik kepada siapa yang akan diwartakannya. Ia mengenal kebudayaan dan cara berpikir mereka. Oleh karena itu, Paulus berusaha mewartakan Kristus sesuai dengan cara berpikir mereka. Mungkin untuk konteks pewartaan sekarang menurut Dr. F.X. Armada, CM adalah soal inkulturasi.
Acara ini ditutupi dengan diskusi, rangkuman dan solusi pastoral dalam konteks hidup menggereja di Indonesia oleh Rm. Dr. Robertus Wijanarko, CM, Ph.D. Maka kesimpulan umum adalah: Pertama, perlunya pembaruan cara berkatekese dewasa ini. Kedua, setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi misionaris seperti teladan St. Paulus. Ketiga, menjadi seorang pemimpin dan gembala yang baik seperti Paulus, haruslah menjadi pemimpin yang rohani. Keempat, dalam mewartakan Kristus dewasa ini perlu mengenal konteks di mana injil itu wartakan.
Rofinus Jas
Mahasiswa Program Magister Humaniora, STFT “Widya Sasana” Malang dan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) STFT “Widya Sasana” Malang.
D/a. Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Widya Sasana”
JL. Terusan Rajabasa no. 2 Malang
Senin, 19 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wahhhhh Mantap bangt Diakon,,,, dengan baca blog ni....orang bisa ngerti tentang Paulus...
BalasHapussemoga Diakon bisa menjadi pengikut Rasul Paulus yang setia mewartakan INjil dan mampu menjadi misionaris yang Rohani...
Makasi ya Diakon dan Postkan tulisan ini....
Bravo.....!!!!!!!!!!!!